La Casa Azul: Rumah Biru Frida

Femme Fatale
4 min readMay 2, 2021

Coyoacán adalah tempat yang tepat untuk menghabiskan akhir pekan seorang diri maupun beramai-ramai. Ada banyak pilihan kegiatan mulai dari berbelanja di pasar tradisional, nongkrong di bar atau cafe outdoor, menjelajah museum, atau sekedar mengagumi arsitektur peninggalan Spanyol.

Sabtu sore di tengah hiruk pikuk Coyoacan, Mexico City yang diambil dengan camera analaog Fuji MDL-8 dan roll film Fuji Superia 200 Expired
Coyoacán, Mexico City setelah hujan di sore hari

Dari berbagai opsi tersebut saya juga harus membuat pilihan, karena waktu kami tidak banyak. Setelah puas menikmati churros isi coklat, dan berkeliling di taman, pilihan saya jatuh pada satu rumah paling mencolok berwarna biru kobalt di sudut jalan Londres, dengan tembok tinggi yang kokoh, terkenal dengan nama La Casa Azul — rumah berwarna biru.

Bangunan tersebut merupakan rumah dimana seorang Frida Kahlo lahir, berkarya dan tutup usia, sebelum akhirnya pada tahun 1958 menjadi Museum. Pada mulanya saya tidak mengetahui siapa Frida. Seorang kawan menjelaskan kepada saya bahwa Frida merupakan seniman dan icon feminis di Meksiko. Dari deskripsi singkat yang saya dapatkan, saya ingin mengenal sosok ini lebih dekat dan tempat terbaik untuk mengenalnya adalah dengan berkunjung ke kediaman sang seniman.

Antrean pengunjung hingga puluhan meter merupakan hal yang lumrah di akhir pekan, apalagi pengunjung museum dibatasi sehingga pengunjung harus menunggu. Tapi, hal itu teratasi dengan membeli tiket online sehingga kami berhasil memotong antrean pembeli tiket counter dan tentu saja dengan kartu mahasiswa saya yang tidak memiliki kadaluarsa, saya mendapat potongan harga. Saya hanya perlu membayar 20 peso (atau sekitar Rp 15.000)*, sedangkan untuk turis lokal 100 peso dan untuk turis mancanegara 230 peso. Museum buka setiap hari Selasa sampai Minggu, dari jam 10 pagi hingga 5 sore.

Pertama, kami memasuki gerbang hunian dengan pintu semampai berwarna hijau bertuliskan “Museo Frida Kahlo.” Setelah menitipkan tas, saya mendapati sebuah taman terbuka dengan dedaunan khas negara tropis berwarna hijau yang kontras dengan birunya warna tembok rumah. Terdapat pula replika piramida suku Maya berwarna bata lengkap dengan artefak patung-patungnya.

Museum ini terdiri dari beberapa bangunan yang mengelilingi taman, dimana dulunya merupakan studio hingga paviliun yang ditinggali keluarga Frida.

Tanpa pemandu wisata, saya harus banyak membaca keterangan pada setiap instalasi di museum. Saya berjalan ke bagian paling belakang museum, menaiki beberapa anak tangga, dan memasuki bangunan yang mengabadikan berbagai alat bantu Frida seperti tongkat, kursi roda, korset serta pakaian lengkap.

Lahir dengan kondisi tidak sempurna karena polio, membuat salah satu kakinya lebih kecil, ditambah dengan tragedi kecelakaan bus yang menimpa saat ia remaja. Dalam kecelakaan bus yang meremukkan tulangnya itu, tongkat besi juga menembus panggulnya. Namun Frida mendeskripsikan tragedi tersebut dengan keindahan yang janggal; tubuhnya berlumuran darah disertai gliter emas, yang entah darimana, bertaburan di sekitarnya. Dari tragedi itu, Frida mulai melukis dirinya sendiri — selfpotrait — untuk menceritakan kepedihannya.

Alat Bantu Pemulihan Frida setelah kecelakaan Bus

Tak hanya itu, kisah cinta Frida tak kalah paradoksal dengan tragedi kecelakaan bus. Frida menikah dengan muralist yang juga merupakan tokoh revolusioner Meksiko; Diego Rivera. Frida sangat mencintai suaminya, meskipun dia mengetahui Diego memiliki affair dengan model-model lukisannya — yang terparah, Diego pernah menyeleweng dengan saudari kandung Frida. Kejadian tersebut menghancurkan Frida lebih dari tragedi kecelakaan bus.

Hari semakin sore, dan langit mulai mendung. Kami melanjutkan penjelajahan ke bagian lain rumah Frida. Kami juga melewati semacam pendopo yang menayangkan film dokumenter tentang sang empunya rumah yang sangat penuh dengan penonton, sehingga kami memilih untuk tidak berhenti di sana.

Berbeda dengan gedung sebelumnya, di sisi ini adalah tampilan rumah yang sebenarnya; ada kamar tidur dengan ranjang milik Frida, perpustakaan, dapur dengan berbagai tembikar berwarna-warni, dan studio Frida yang penuh dengan peralatan melukis lengkap dengan cat lukis dan krayon berbagai warna. Di akhir rute, ada satu ruangan persegi bercat putih berisi karya lukisan Frida, copy buku hariannya, serta surat-surat yang pernah ditulisnya.

Tembikar menghiasi meja makan rumah Frida Kahlo
Tampilan ruang makan di rumah Frida Kahlo

Di ruangan tersebut, awalnya pandangan saya tertuju pada lukisan selfpotrait Frida bersama sosok Stalin. Namun, dengan segera teralihkan oleh foto Frida di serambi bangunan ini bersama empat laki-laki, salah satunya adalah Leon Trotsky. Usut punya usut, Frida memiliki affair dengan tokoh politik Uni Soviet tersebut selama ia diasingkan di Meksiko pada era Stalin. Frida dan Diego menerima Leon dan istrinya di rumah itu selama dua tahun. Selama itu pula Frida memiliki kedekatan lebih dengan sang kamerad.

Sempat bercerai dengan Diego, mereka akhirnya menikah kembali. Namun, beberapa tahun kemudian Frida mengidap pneumonia dan meninggal pada tahun 1957 di rumah biru ini. Frida berpesan kepada suaminya untuk mengkremasi jasadnya, sebab Frida merasa sudah telalu lama berbaring. Abu kremasi Frida juga ditempatkan di rumahnya.

Untuk menggenapi kunjungan saya, di toko souvenir saya membeli salinan buku harian Frida Kahlo berjudul The Diary of Frida Kahlo: an Intimate Self-Potrait seharga 550 Peso. Ya, sangat menguras kantong, dengan harga hampir dua kali di Amazon. Namun, saya sengaja membeli buku tersebut sebagai bentuk apresiasi terhadap karya Frida di rumahnya dan mendukung museum tersebut.

Tepat saat kami keluar dari La Casa Azul, hujan mulai turun sehingga kami berteduh di pasar indoor. Dari kunjungan singkat di rumah Frida, sepertinya perempuan ini lebih dari sekedar seniman dan icon. Kisah hidupnya penuh dengan tragedi dan warna. Apakah warna biru kobalt adalah representasi yang tepat dari kamuflase warna warni hidupnya?

*harga dan estimasi kurs pada tahun 2016.

--

--